Berpayungkan awan mendung, kami sang
pujangga pena MP3 BEM FIP UM, sebuah komunitas atau organisasi penulis yang dibina dan dibawahi oleh Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang mengacu si kuda
bermesin menuju sebuah gedung berlantai tiga yang terletak tidak jauh dari
kampus utama universitas kami.
Sepi, kesan pertama kami setelah sampai di depan gedung
biru bertuliskan “RADAR MALANG” tersebut. Hanya ada beberapa orang berseragam
biru yang sedang duduk-duduk di bagian kiri gedung. Kak Esti, selaku senior di
MP3 menghampiri salah seorang dari mereka yang berbaju biru untuk mengutarakan niat.
“Pak, kami dari MP3 ingin mengadakan kunjungan ke Radar
Malang”
“oh, apa sudah mendapat izin mbak?”
“Sudah Pak, kemarin kami sudah mengirim surat izin. Dan sudah
disetujui bahwa kami akan melaksanakan
kunjungan pada hari ini jam 4 sore” tutur Kak Esti
Tidak lama kemudian, kami dipersilahkan masuk menuju lantai
tertinggi gedung itu. Terpesona, gedung mungil untuk ukuran kantor berita ternama
itu dihiasi foto-foto indah karya fotografer Radar Malang. Kami hanya terperanga
dan mengamati satu persatu gambar sederhana nan indah di samping kanan kiri
kami itu.
Di lantai 3, kami memasuki ruangan, semacam ruang rapat
yang elegan dengan beberapa bola lampu dan sebuah proyektor menggantung di
bagian atas ruangan itu. Kami disambut oleh Pak Kholid seorang wartawan yang
merangkap sebagai redaktur kanjuruhan yang mengasuh rubrik sastra. Beliau bertugas
untuk menemani kami dan memenjelaskan informasi-informasi yang kami butuhkan. Acara
dimulai oleh Kak Esti dengan memperkenalkan organisasi kami kepada Pak Kholid
yang dilanjutkan oleh asal usul sejarah Radar Malang oleh Pak Kholid.
Radar Malang adalah sebuah surat kabar yang mengabarkan
keadaan atau kejadian-kejadian di terjadi di Malang Raya yang biasanya termuat
pada halaman belakang koran Jawa Pos. Radar Malang lahir pada tahun 1999 oleh
Bapak Dahlan Iskan. Radar Malang mempunyai beberapa partisi-partisi, antara
lain Sportivo, The Youth, Total Arema, Around Malang, Cover Story, dan
lain-lain. Semua berita yang termuat dalam radar malang sangat up to date,
karena berita yang dimuat dikoran tidak boleh membuat pembacanya bergumam “oh
wes tau” begitulah tutur Pak Kholid kepada kami.
Pak Kholid juga menerangkan beberapa informasi mengenai
wartawan. Ternyata, wartawan itu hanya membuat berita tertapi tidak berwenang
untuk memuat berita. Jadi, jangan sekali-kali bilang ke wartawan “mas kapan
berita ini dimuat”. Selain itu, memuat berita itu tidak berbayar. Jangan pernah
bertanya pada wartawan “Mas, agar dimuat beritanya harus bayar berapa ya?” don’t
do it! Karena itu akan menyinggung perasaan wartawan. Tidak semua orang bisa
menjadi wartawan, karena wartawan yang baik itu harus tekun, ulet, tidak malas,
tubuhnya sehat. Karena menjadi seorang wartawan, bisa jadi bekerja seharian
penuh. Pagi, siang, sore meliput berita dan malamnya menulis berita. Wow! Proses
pengerjaannya bisa sampai jam 1 malam lho, bayangkan gak sembarang orangkan
bisa seperti itu. Mungkin kita sering begadang, tapi apa kita bekerja seperti
mereka? Paling-paling kita bergadang untuk sms-an atau bbm-an.
Setelah penuturan-penuturan tersebut, sesi tanya-jawab
dibuka. Banyak anggota kami yang antusias bertanya, seperti Nita, Mas Wayan,
Kak Ina, Epo, Kak Esti dan lain-lain. Banyak informai yang kami dapat dari
Radar Malang hari itu.
Acara penutupan dimulai dengan penyerahan kenang-kenangan
untuk Radar Malang kepada redaktur. Pak Kholid membimbing kami ke lantai satu,
ke bagian pembuatan berita untuk bertemu pak redaktur. Klik! Kami berfoto
bersama pak redaktur. Sebelum pergi, kami di izinkan untuk melihat-lihat
bagian-bagian pembuatan berita. Ada bagian Layot, Editing, Grafis, dan lain
sebagainya. Saya tertarik pada bagian Grafis, dan mengajukan berbagai pertanyaan.
“Pak, gambar yang di muat dalam koran kan tidak sama setiap
edisinya, apakah bapak menggambar gambar-gambar tersebut setiap hari”
“oh, iya dek. Bapak menggambar sesuai tema berita yang
sedang di bahas.” Sembari menunjukkan artikel yang bakal jadi tema berita esok
hari.
Hal itu, menambah poin kagum pada pribadi saya terhadap
orang-orang yang bekerja di koran. Sekitar pukul 17.30 kami meninggalkan koran
berita terbaik di kota Malang tersebut. Sedikit berat, karena saya sangat betah
di kantor tersebut. Selain orangnya ramah, melihat proses pembuatan tulisan-tulisan
yang akan saya baca esok hari rasanya asik dan menyenangkan. See You Radar
Malang, semoga kami bisa berkunjung kembali.