Rumah bambu itu, kaitan antara satu dan lainnya, lubang-lubang diantara sekatnya, bahkan rayap diujung tanah yang hampir merobohkan rumah reyot itu, selalu di ingatnya.
Bagaimanapun ia lahir dan tumbuh disana. Peri kecil sebutan ibunya. Ia ingat berlari-larian kesana kemari dengan teman kecilnya. Bersenda gurau, saling bertengkar, lalu tertawa kembali. *senyum tipis terlukis diwajahnya*.
"Lay" Pekiknya dalam hati
Kamu harus pulang.
Bagaimanapun mereka rumahmu. Tempatmu untuk pulang.
Lay, berpikir kembali, ia bimbang..
Disini ada Rey, Nay, Fay dan Pay. Dipandanginya satu persatu. Wajah sendu itu, meminta persetujuan.
Sedetik diam
Satu jam
Dua jam
Tiga jam
Tak, mereka tak relakan Lay pergi. Tapi mereka tahu Lay harus pergi. Ibunda telah menunggu peri kecil.
Maka ibu, Lay anakmu pulang membawa batu bata terbaik penghapus rumah bambu.
Haru. Ibu tahu Lay merelakan segalanya untuk Ibu. Tapi Lay tahu ibu lebih banyak memberikan dari pada apa yang Lay relakan.
Ibu, peri kecil ini untukmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar